Berita Kenep
Kabupaten
Sukoharjo merupakan kabupaten terkecil kedua dibawah Kabupaten Kudus. Meski
begitu, bukan berarti Sukoharjo tidak memiliki potensi yang dapat diandalkan.
Saat ini, potensi utama Kabupaten Sukoharjo tetap di bidang pertanian dimana
selama ini menjadi salah satu daerah lumbung padi di Provinsi Jawa Tengah
(Jateng). Selain pertanian, potensi lainnya adalah dibidang industri dimana
saat ini Sukoharjo memiliki kawasan industri di Kecamatan Nguter.
Untuk mendorong kemajuan wilayah dan mendonkrak ekonomi
masyarakat, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo pun mendorong
desa/kelurahan untuk menggali potensi masing-masing. Salah satunya potensi di
bidang wisata. Salah satu desa/kelurahan yang sudah melakukannya adalah
Kelurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo. Saat ini, Kenep sudah mendeklarasikan
diri sebagai “Desa Wisata Kreatif”. Tujuan utama deklarasi tersebut untuk
mendorong perekonomian masyarakat.
Kenapa Kenep yang berstatus kelurahan bisa menjadi desa wisata?Hal
itu bisa terjadi karena sesuai aturan yang ada tidak hanya desa yang bisa
menjadi desa wisata. Sebutan lain untuk desa menjadi celah bagi kelurahan untuk
mencanangkan diri sebagai desa wisata. Hal itulah yang dilakukan Kelurahan
Kenep dan juga kelurahan-kelurahan lain di Sukoharjo maupun di Jateng pada
umumnya. Kelurahan Kenep sendiri sekitar 8 kilometer ke arah selatan dari pusat
pemerintahan Kabupaten Sukoharjo atau perjalanan sekitar 15 menit dengan sepeda
motor.
Kelurahan Kenep sendiri mendeklarasikan diri menjadi Desa Wisata
Kreatif sejak tahun 2010. Berawal dari gelontoran dana program PNPM Mandiri
Perkotaan, Kelurahan Kenep menjadi satu-satunya kelurahan di Sukoharjo yang
mendapat penghargaan “network development” dan mendapat dana Rp1 miliar. Dana
tersebut digunakan untuk pengembangan kelurahan hingga akhirnya mencetuskan
Desa Wisata Kreatif dan berlanjut hingga sekarang.
Kelurahan Kenep memiliki luas 282.1535 hektar (ha). Berdasarkan
data per Januari 2018, jumlah penduduk di Kelurahan Kenep sebanyak 5.227 jiwa
yang terdiri dari laki-laki 2.606 orang dan perempuan 2.621 orang. “Saat ini,
kami mengandalkan potensi kampung tua yakni Kampung Kedunggudel dan sejumlah
industri kreatif sebagai daya tarik. Kami juga tengah menyusun “grand design” untuk
pengembangan Desa Wisata Kreatif ini,” terang Lurah Kenep, Mudiarso S.Sos.
Desa Wisata Kreatif Kenep
Sukoharjo-Masjid Darussalam.
Salah satu daya tarik
yang ditawarkan Kenep adalah Kampung Kedunggudel. Sebuah kampung tua yang
bersejarah dan terkait dengan peradaban hulu Sungai Bengawan Solo. Mudiarso
mengatakan, pada zaman dahulu ada sebuah dermaga di Kedunggudel yang digunakan
oleh para alim ulama untuk menyebarkan agama Islam di tanah Jawa khususnya oleh
alim ulama Kerajaan Demak 1478 M.
Memang, belum ada
studi ilmiah mengenai Kedunggudel. Namun, banyak artefak maupun peninggalan
yang saat ini masih ada. Seperti Makam Kiai Lombok dan juga masjid tua
“Darussalam”. Dari penelusuran sejarah, masjid tersebut dibangun pada 1837 M
dan saat ini masih berdiri kokoh sebagai salah satu bukti sejarah adanya
peradaban kuno di Kedunggudel. Selama ini, masjid tersebut masih jadi daya
tarik para peziarah yang kebanyakan justu berasal dari luar Sukoharjo.
Industri Kreatif Dukung Ekonomi Masyarakat
Tentu tidak hanya kampung tua itu saja hingga Kenep menyebut diri sebagai Desa
Wisata Kreatif. Lurah Kenep Mudiarso menyampaikan, saat ini terdapat sejumlah
industri kreatif yang ada di Kenap. Baik itu skala rumahan maupun skala pabrik.
Untuk “home industry” sendiri antara lain batik yang mencapai 11 industri,
produksi jenang sebanyak 15 orang, makanan ringan 20 orang, industri
karak/rambak 15 orang, aneka kerajinan 10 orang.
Saat ini, Mudiarso
mengaku sudah menyusun sebuah “grand design” tentang pengembangan Desa Wisata
Kreatif Kenep. Rencananya, “grand design” tersebut akan dipresentasikan ke Badan
Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelbangda) Pemkab
Sukoharjo. Sehigga, program pengembangan nanti menjadi program daerah.
Disisi lain, meski
harus berswadaya bersama masyarakat dan juga program PNPM Mandiri Perkotaan
yang masih berjalan, Mudiarso mengaku pengambangan Desa Wisata Kreatif bisa
berjalan dengan baik. Artinya, meski tidak mendapatkan dana desa seperti desa
lainnya, Desa Wisata Kreatif Kenep tetap berjalan dan bisa berkembang.
“Nyatanya juga bisa, laku dan dikunjungi banyak masyarakat. Tentunya, jika
nanti daerah sudah memprogramkan pengembangan, gaung Desa Wisata Kreatif Kenep
akan semakin besar lagi,” ujarnya optimistis.
Mudiarso juga
menyampaikan soal Undang-Undang No 17 Tahun 2018 tentang Kecamatan. Menurutnya,
dalam UU tersebut diatur mengenai kelurahan yang akan mendapatkan dana dari
APBN. Namun, dia belum tahu kapan UU tersebut mulai diterapkan. Jika memang
nanti diterapkan dan kelurahan mendapatkan dana APBN, dia berharap anggaran
yang ada bisa digunakan untuk mengembangkan Desa Wisata Kreatif Kenep.
Selaman ini, ujar
Mudiarso, kelurahan juga menggandeng pihak ketiga dalam hal ini akademisi untuk
bersama-sama mengembangkan Desa Wisata Kreatif Kenep. Mudiarso mengaku sudah
melakukan “sounding” degan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan juga
Universitas Veteran Bangun Nusantara (Univet) Sukoharjo. Dengan menggandeng
akademisi, juga menarik program “Corporate Social Renponsibility” (CSR) dari
perusahaan di Sukoharjo.
Desa Wisata Kreatif Kenep
Sukoharjo-Batik Kedunggudel.
Promosi Melalui
Website dan Blog
Sedangkan Ketua Pokdarwis Kelurahan Kenep Untung Sularno membenarkan adanya Desa Wisata Kreatif Kenep menjadikan Kelurahan Kenep semakin dikenal masyarakat luas. Meski selama ini kunjungan masih didominasi masyarakat Sukoharjo, tidak sedikit pula kunjungan berasal dari warga luar Sukoharjo. Untuk menambah daya tarik sendiri, beberapa waktu lalu Kelurahan Kene juga sudah merintis kebun buah.
Sedangkan Ketua Pokdarwis Kelurahan Kenep Untung Sularno membenarkan adanya Desa Wisata Kreatif Kenep menjadikan Kelurahan Kenep semakin dikenal masyarakat luas. Meski selama ini kunjungan masih didominasi masyarakat Sukoharjo, tidak sedikit pula kunjungan berasal dari warga luar Sukoharjo. Untuk menambah daya tarik sendiri, beberapa waktu lalu Kelurahan Kene juga sudah merintis kebun buah.
“Proyeksinya, dengan
adanya berbagai akternatif yang ditawarkan, Kenep bisa menjadi tujuan kegiatan
“outing class” atau “outbond” siswa sekolah di Sukoharjo,” ujarnya.
Untung juga mengaku
selama ini Pokdarwis membuat paket-paket kunjungan dan ditawarkan ke
masyarakat. Bisa paket kunjungan ke industri batik, jenang, rambak, dan
lainnya. Dengan adanya paket-paket tersebut, masyarakat bisa memilih dengan
biaya tertentu. Dana yang masuk dikelola Pokdarwis untuk pegembangan kawasan.
Disinggung soal
promosi, Untung mengaku selain menbuat brosur-brosur dan leaflet, promosi juga
dilakukan melalui wesite resmi Kelurahan Kenep di
www.kenepkel.sukoharjokab.go.id. Bahkan, ada juga yang berpromosi melalui blog
dengan alamat www.kelurahankenep.blogspot.com. Dengan promosi melalui website
dan blog diharapkan masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan informasi mengenai
Desa Wisata Kreatif Kenep.
Pelaku Industri Terbantu Status Desa Wisata
Disisi lain, status Desa Wisata Kreatif Kenep ternyata membawa dampak cukup
signifikan bagi para pelaku industri kreatif di Kelurahan Kenep. Hal itu
diungkapkan Agus Samiyono pemilik merek “Batik Kedunggudel”. Agus mengaku,
menekuni batik merupakan usaha turun-temurun. Dirinya merupakan generasi ketiga
dari usaha tersebut. Saat ini, dari empat bersaudara tiga diantaranya menekuni
batik.
Komentar
Posting Komentar